Senin, 04 Februari 2008

Satu Panser Marinir Tenggelam, Enam Marinir Tewas, Satu Hilang


Latihan, Panser Amfibi Tenggelam di Situbondo
JAKARTA - Enam jenazah anggota Marinir yang menjadi korban tenggelam dalam latihan operasi amfibi di Pantai Banongan, Situbondo, Sabtu lalu, disemayamkan di Markas Divisi 2 Marinir, Cilandak, Jakarta Selatan, kemarin (3/2). Keenam korban tewas itu adalah sebagian di antara 15 anggota Marinir di Panser Amfibi (Pansam) Marinir BTR-50 yang tenggelam 25 meter di bawah permukaan laut. Evakuasi korban kecelakaan yang terjadi pada pukul 04.30 itu berakhir kemarin. Operasi amfibi tersebut bagian dari latihan perang Armada Jaya ke-27 di Situbondo, Jawa Timur.

"Pansam itu buatan Rusia tahun 1962," ujar Kepala Dinas Penerangan Mabes TNI Angkatan Laut Laksamana Iskandar Sitompul kepada wartawan di Wisma Elang Jakarta kemarin (3/2).

Menurut Iskandar, panser yang mengalami musibah itu diluncurkan dari daerah serbuan amfibi oleh kapal pendarat KRI Teluk KAU/504 pada posisi 07’41’4"S-114’13’42"T pukul 04.30. "Saat itu, panser telah menempuh jarak 1.300 meter. Sekitar 400 meter lagi menuju pantai, tiba-tiba bagian belakang panser goyang karena tergulung ombak hampir dua meter," katanya.

Adik kandung pengacara Ruhut Sitompul itu menjelaskan, saat panser tenggelam, pemimpin pasukan dalam panser segera melakukan prosedur penyelamatan. Di antara 15 personel itu, sembilan bisa keluar dan sisanya terperangkap di kabin. Di antara sembilan orang yang berhasil keluar, delapan selamat, satu orang masih hilang (Serka Marinir Suryanto).

Enam orang yang terperangkap dan meninggal adalah Pratu Agus Priyanto, Kopda Rusli Heri, Serda Hadi Sutrisno, Kopda Nugroho Pamungkas, Kopda Hariyadi, dan Praka Dwi Niar Priyanto. Mereka itulah yang kemarin disemayamkan di Markas Divisi 2 Marinir, Cilandak.

Delapan korban selamat yang dirawat di RSAL Ramelan Surabaya adalah Praka Sarmilih, Kopda Mulyono, Kopda Wahyono, Letda Krama Lubis, Praka Iwan Setiawan, Kopda Wigati, Pratu Purwanto, dan Sertu Mujirin.

"Tim sudah menyelidiki dan sedang mengangkat tank yang karam," kata Iskandar. Dugaan sementara, cuaca buruk dan usia pansam yang sudah tua menjadi penyebab. Rencananya, pemakaman terhadap enam korban dilakukan di Ciledug, Banyumas, Cirebon, dan Pangkalan Jati Jakarta.

Latihan Armada Jaya ke-27 tersebut melibatkan 28 KRI, 9 pesawat udara, 13 unit tank amfibi, dan 25 unit panser amfibi BTR 50 P 1962 serta melibatkan 3.758 personel. Marinir sebenarnya mempunyai 96 pansam jenis itu. Namun, dalam latihan tersebut, hanya 25 buah yang dipakai. Pada umumnya, BTR-50 berasal dari dua negara, yaitu BTR-50 P Rusia dan BTR-50 PK Ukraina.

Kondisi pansam itu memang sangat tua sehingga beberapa kali dilakukan perawatan (retrofit). Misalnya, evaluasi power pack (engine dan transmisi) dan driveline sistem penggerak. Evaluasi pada power pack, khususnya engine dan transmisi, bertujuan untuk mengetahui daya dorong serta daya getar yang ditimbulkan saat terjadi combution dengan bahan bakar. Kendaraan berat mampu dipacu dengan kecepatan di darat 44 km/jam dan 10,2 km/jam di air.

Secara terpisah, Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Marsekal Muda Sagom Tamboen menyatakan, TNI selalu memeriksa alutsista. "DPR juga sudah mendapat laporannya," katanya.

Apakah ada pembelian alutsista baru terkait dengan musibah itu? Sagom mengakui kendala keterbatasan anggaran belum mungkin. "Kami akan evaluasi ulang dulu seluruhnya," jelasnya. (rdl/ded/uan/el)

Tidak ada komentar: